Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten pertambangan batu bara yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terpantau berhasil melesat pada perdagangan sesi I Senin (20/5/2024), di tengah berlangsungnya periode cum date dividen tunai perseroan untuk tahun buku 2023.
Per pukul 10:43 WIB, saham PTBA melesat 1,03% ke posisi Rp 2.950/unit. Pada sesi I hari ini, PTBA bergerak di rentang harga Rp 2.930 – Rp 2.960 per unit.
Saham PTBA sudah ditransaksikan sebanyak 5.326 kali dengan volume sebesar 22,76 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 67,16 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 33,99 triliun.
Hingga pukul 10:43 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 2.940/unit menjadi antrean beli yang paling banyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 34.565 lot atau sekitar Rp 10 miliar.
Sementara di order offer atau jual, pada harga Rp 3.000/unit menjadi antrean jual yang paling banyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 60.027 lot atau sekitar Rp 18 miliar.
Pada hari ini merupakan periode cum date dividen tunai PTBA di pasar reguler, sehingga saham PTBA cenderung bergairah, meski masih sekitar 1%.
Perlu diketahui, cum date atau tanggal cum dividen merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan. Untuk bisa mendapat dividen, maka investor perlu membeli saham tersebut sebelum atau pada tanggal cum dividen.
Sebelumnya, PTBA membagikan dividen sebesar 75% dari laba bersih tahun buku 2023 senilai Rp 4,57 triliun atau dividen tunai Rp 397,712 per lembar saham. Sementara sisa laba bersih PTBA sebesar 25% atau setara Rp 1,52 triliun dicatat sebagai saldo laba ditahan.
Persentase tersebut lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2022 yang sebesar 100%. Perubahan persentase rasio pembayaran dividen atau dividen payout ratio (DPR) PTBA didasari dari kinerja masing-masing Perseroan.
PTBA mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 5,2 triliun di sepanjang tahun 2023. Angka tersebut turun 51,2% jika dibandingkan dengan pencapaian laba bersih pada tahun 2022 sebesar Rp 12,5 triliun.
PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 38,5 triliun atau turun dibandingkan periode sama tahun 2022 sebesar Rp 42,6 triliun. Pendapatan perseroan tergerus oleh beban pokok pendapatan yang membengkak menjadi Rp 29,3 triliun atau naik dibanding periode sama tahun 2022 sebesar Rp 24,6 triliun.
Tercatat, total produksi batu bara PTBA pada Januari-Desember 2023 mencapai 41,9 juta ton, tumbuh 13% dibanding tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Capaian produksi ini berhasil melampaui target sebesar 41 juta ton yang ditetapkan pada awal tahun 2023.
Kenaikan produksi ini diikuti dengan peningkatan volume penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton, naik 17% dibanding tahun sebelumnya.
Perseroan mencatat penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau naik 25% dibanding tahun 2022. Sementara penjualan domestik tercatat sebesar 21,4 juta ton atau tumbuh 12% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Tantangan bagi PTBA di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Rata-rata harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 34% dari US$127,8 per ton pada Januari-Desember 2022 menjadi US$84,8 per ton secara tahunan.
Sementara, Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan.
Untuk target Perseroan tahun 2024, PTBA melakukan perencanaan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor yang dinamis. Pada 2024, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Artikel Selanjutnya
Laba PTBA Turun 51% ke Rp 6,1 T di 2023, Kenapa?
(chd/chd)