Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Rabu (29/5/2024), jelang rilis data indikator inflasi Australia bulanan periode April 2024.

Per pukul 08:25 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang, Shanghai Composite China, dan Straits Times Singapura turun tipis masing-masing 0,09%, 0,01%, dan 0,07%, sedangkan Hang Seng Hong Kong merosot 0,86%, ASX 200 Australia melemah 0,68%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,79%.

Investor di Asia-Pasifik akan memantau rilis data indikator inflasi Australia bulanan periode April 2024, dengan tingkat inflasi tertimbang diperkirakan akan turun menjadi 3,4%, dari sebelumnya sebesar 3,5% pada Maret lalu.

“Satu lagi laporan inflasi buruk dari Australia, dan kami akan mempertimbangkan untuk menghapus pemotongan terakhir yang telah kami rencanakan oleh [Reserve Bank of Australia] pada kuartal keempat tahun ini. Dua lagi, dan kami mungkin mempertimbangkan untuk menambah kenaikan suku bunga,” ujar analis ING, dilansir dari CNBC International.

Di lain sisi, pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung berlawanan dengan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang ditutup bervariasi dengan mayoritas menguat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,55%. Tetapi indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil menguat. S&P 500 naik tipis 0,02%, sedangkan Nasdaq menguat 0,59%.

Nasdaq pun berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya dan berhasil mencapai level psikologis 17.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Namun, saham-saham terutama yang berada di indeks Dow Jones melemah pada sesi akhir Selasa karena imbal hasil (yield) Treasury AS naik ke level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, setelah lemahnya lelang utang pemerintah AS.

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik 7,5 basis poin menjadi 4,548%, setelah lelang surat utang 5 tahun Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar dipenuhi dengan permintaan yang lemah.

Investor di AS menanti rilis data inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS periode April 2024 yang akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini. Data ini dapat mempengaruhi ekspektasi arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed.

Pasar memperkirakan inflasi PCE AS kali ini kembali mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan lalu, berdasarkan survei Reuters, menjaga laju tahunan di 2,8%, dengan risiko ke sisi negatifnya.

Namun baru-baru ini, data ekonomi yang lebih kuat dan kekhawatiran baru mengenai potensi penurunan belanja konsumen telah mengurangi prospek suku bunga.

Sebelum rilis data PCE AS, investor memantau rilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) versi Conference Board untuk periode Mei 2024. Conference Board melaporkan IKK Negeri Paman Sam pada Mei 2024 naik menjadi 102, dari sebelumnya pada April lalu di angka 97.

Hal ini menandakan bahwa konsumen mulai kembali optimis setelah pada bulan lalu sempat pesimis. IKK menggunakan angka 100sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka berarti konsumen optimistis terhadap kondisi ekonomi saat ini hingga 6 bulan mendatang. Sebaliknya, jika di bawah 100, maka konsumen pesimis terhadap kondisi ekonomi saat ini hingga 6 bulan mendatang.

Di lain sisi, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa dia ingin melihat data “berbulan-bulan lagi” yang menunjukkan penurunan inflasi sebelum menurunkan suku bunga.

Dia juga mengatakan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika tekanan harga kembali meningkat.

Hal ini menambah daftar pejabat The Fed yang masih bersikap hawkish setelah risalah FOMC yang dirilis pada pekan lalu, di mana sebagian besar pejabat The Fed masih enggan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Ekspektasi terhadap waktu penurunan suku bunga tidak menentu dan para pengambil kebijakan merasa was-was karena data masih mencerminkan inflasi yang tinggi.

Peluang penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bp) berada di atas angka 50% hanya untuk pertemuan November dan Desember tahun ini, menurut perangkat CME FedWatch. Sementara kemungkinan penurunan suku bunga pada September turun menjadi sekitar 46% dari lebih dari 50% pada pekan lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *