Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I hari ini, Jumat (31/5/2024), setelah selama dua hari beruntun ambles.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,63% ke posisi 7.078,58. Selang sembilan menit setelah dibuka, penguatan IHSG makin kencang yakni menanjak 0,86% menjadi 7.094,93. Jika penguatan IHSG terus kencang, bukan tidak mungkin IHSG akan kembali ke level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 808 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 68.132 kali.
IHSG berhasil dibuka di zona hijau, setelah imbal hasil imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) sudah mulai melandai.
Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun melandai 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.
Hal ini terjadi setelah data proyeksi kedua dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2024 tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya dan data klaim pengangguran terbaru menunjukkan adanya kenaikan.
Departemen Perdagangan melaporkan PDB riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.
Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut.
Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.
Meski begitu, investor masih menanti rilis data ekonomi penting yang akan dirilis menjelang akhir pekan ini, dengan data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru akan dirilis pada Jumat besok.
PCE menjadi ukuran inflasi favorit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan investor akan mencermatinya untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi di 0,2%.
Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, meski mereka masih melihat data inflasi utama berikutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
IHSG Dibuka Ngegas, Bakal ke Level 7.300-an Lagi?
(chd/chd)