Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah terpantau kembali bergairah pada perdagangan Selasa (28/5/2024), meski investor masih cenderung wait and see menanti pertemuan OPEC+ yang akan diselenggarakan pada 2 Juni mendatang.

Per pukul 09:21 WIB, harga minyak mentah jenis Brent menguat 0,16% ke posisi harga US$ 83,23 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,44% menjadi US$ 78,84 per barel.


Pada perdagangan Senin kemarin, harga minyak global ditutup melesat, dengan Brent melonjak 1,19% di posisi US$ 83,1 per barel, sedangkan WTI menanjak 1,11% di posisi US$ 77,72 per barel.

Harga minyak melesat lebih dari 1% kemarin dalam perdagangan yang lesu karena libur umum di Inggris dan Amerika Serikat (AS) setelah pekan yang suram ditandai dengan prospek suku bunga AS dalam menghadapi inflasi yang tinggi.

“Investor lebih berfokus pada data inflasi AS untuk menentukan waktu penurunan suku bunga, baru kemudian fokus kepada pertemuan OPEC+,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities, dikutip dari Reuters.

Di lain sisi, rilis data inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS periode April 2024 yang akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini juga menjadi perhatian investor, mengingat data ini merupakan ukuran inflasi favorit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Investor memperkirakan inflasi PCE AS kali ini kembali mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan lalu, berdasarkan survei Reuters, menjaga laju tahunan di 2,8%, dengan risiko ke sisi negatifnya.

Sementara itu, rilis data inflasi Jerman pada Rabu besok dan inflasi Uni Eropa pada Jumat mendatang juga akan diawasi untuk melihat tanda-tanda penurunan suku bunga Eropa yang telah diperkirakan oleh para investor.

Namun sejatinya, fokus yang terpenting bagi investor minyak yakni pertemuan OPEC+ pada 2 Juni mendatang. Para produsen akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut.

Sementara itu, Goldman Sachs menaikkan perkiraan permintaan minyak global untuk tahun 2030 pada Senin kemarin dan memperkirakan konsumsi akan mencapai puncaknya pada tahun 2034 karena potensi perlambatan dalam adopsi kendaraan listrik (EV), sehingga menjaga kilang tetap beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata hingga akhir dekade ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *