Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak turun untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari Rabu di tengah ekspektasi Federal Reserve dapat mempertahankan suku bunga AS lebih tinggi lebih lama karena inflasi yang berkelanjutan, yang berpotensi berdampak pada penggunaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia.
Mengutip data Refinitiv, harga minyak dunia acuan Brent pada penutupan perdagangan kemarin (21/5/2024) turun 1% ke US$82,88 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat anjlok 0,68% ke US$79,26 per barel.
Sementara pada perdagangan hari ini (22/5/2024) hingga pukul 09.30 WIB minyak Brent terpantau melemah 0,63% ke% US$82,36 per barel dan WTI anjlok 1,14% ke US$78,12 per barel.
Para pengambil kebijakan The Fed mengatakan pada hari Selasa bahwa bank sentral AS harus menunggu beberapa bulan lagi untuk memastikan bahwa inflasi benar-benar kembali ke jalur target 2% sebelum memangkas suku bunga.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Gubernur Fed Christopher Waller kepada Peterson Institute for International Economics. di Washington mengatakan, “dengan tidak adanya pelemahan yang signifikan di pasar tenaga kerja, saya perlu melihat data inflasi yang baik selama beberapa bulan lagi sebelum saya dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter.”
kata Namun ia juga membatasi spekulasi bahwa suku bunga mungkin perlu dinaikkan lagi agar permintaan cukup melemah guna mengurangi tekanan harga lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa data inflasi terbaru “meyakinkan” dan kemungkinan kenaikan suku bunga “sangat rendah.”
“Kami hanya tidak ingin terpuruk. Itu hal yang kritis,” kata Waller. “Saat ini kami tidak melihat adanya indikasi bahwa tinggal di sini selama tiga atau empat bulan akan menyebabkan perekonomian terpuruk.”
Setiap pernyataan yang disampaikan pejabat The Fed ini akan memberikan dampak bagi pasar keuangan global, termasuk IHSG dan mata uang rupiah.
Menurut perangkat FedWatch, kemungkinan The Fed memangkas suku bunga akan terjadi pada pertemuan 18 September 2024 senilai 25 basis poin menjadi 5%-5,25%.
Kemudian terjadi satu kali lagi pada pertemuan 18 Desember 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5%.
Investor sedang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed dan data mingguan persediaan minyak AS dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang akan dirilis pada hari Rabu.
Artikel Selanjutnya
Setelah Naik Tinggi, Harga Minya WTI & Brent Hari Ini Turun Tipis
(ras/ras)