Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,13% di angka Rp15.990/US$ kemarin, Selasa (21/5/2024). Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi Senin (20/5/2024) yakni sebesar 0,13%.
Pergerakan nilai tukar rupiah dan dolar AS ini akan mempengaruhi asumsi makro yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2024 dan RAPBN 2025. Sebagai catatan, dalam APBN 2024, mencapai Rp 15.000 per dolar AS. Sementara itu, dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF), rupiah dipatok Rp 16.000 per dolar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan instansinya baru akan membahas kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal setelah rapat dengan DPR pekan ini, Senin (20/5/2024).
“Dan minggu depan ini semua fraksi akan menyampaikan pandangan. Dalam pembahasan itu nanti asumsi makro bakal dibahas, nilai tukar, inflasi, nilai suku bunga, harga minyak, nanti itu bakal jadi forum formal yang membahas dari berbagai sudut pandang,” ujarnya, saat ditemui di BPKP, Rabu (22/5/2024).
Sri Mulyani mengungkapkan perubahan yang terjadi di dunia juga kan akan cepat sekali dinamikanya. Hal ini akan mempengaruhi asumsi makro, termasuk nilai tukar di dalamnya.
“Jadi nanti dengan DPR kita akan dapat masukan dan pandangan yang paling aktual dari situasi terkini, termasuk indikator-indikator tadi yang saya sampaikan,” tegasnya.
Artikel Selanjutnya
Rupiah Bergejolak, Efek Isu Mundur Sri Mulyani Dari Kabinet Jokowi?
(haa/haa)