Jakarta, CNBC Indonesia – Dolar Amerika Serikat (AS) tembus Rp16.000 pada pembukaan sesi perdagangan hari ini, jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Menurut data Refinitiv pada Selasa (21/5/2024) pukul 09.01 WIB rupiah tercatat melemah Rp16.035 per dolar AS dari penutupan perdagangan Senin (20/5/2024) di posisi Rp15.970 per dolar AS.
BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini (21/5/2024) dan besok (22/5/2024). Hal ini akan menjadi perhatian pelaku pasar salah satunya yang ditunggu yakni suku bunga acuan.
Sebelumnya pada April 2024, BI cukup mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%.
“Rapat dewan Gubernur memutuskan menaikkan BI rate,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024).
BI mengungkapkan alasan kenaikan suku bunga tersebut karena untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk pastikan inflasi sesuai sasaran 2,5 plus minus 1% 2024 2025 sejalan dengan stance kebijakan prostabilitas.
Di sisi lain, semalam para pejabat bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed memberi komentar terkait inflasi dan suku bunga.
Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan inflasi sedang menuju target bank sentral sebesar 2% setelah data pekan lalu menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumen pada bulan April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kehati-hatian kebijakan yang berkelanjutan.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama,” Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York, bahkan ketika ia menyebut data bulan April “menggembirakan.”
Jefferson menggambarkan kebijakan moneter saat ini sebagai kebijakan yang membatasi dan menolak mengatakan apakah ia memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai tahun ini, hanya menyatakan bahwa ia akan dengan hati-hati menilai data ekonomi yang masuk, prospek, dan keseimbangan risiko.
Berbicara secara terpisah pada konferensi yang diadakan oleh Fed Atlanta, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr, mengatakan pembacaan inflasi kuartal pertama yang “mengecewakan” “tidak memberi saya peningkatan kepercayaan diri yang saya harapkan dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter. “
Seperti Jefferson, Barr memperkuat pesan umum The Fed bahwa penurunan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh pasar, akan ditunda sampai jelas bahwa inflasi akan kembali ke target The Fed sebesar 2%.
“Kami perlu memberikan kebijakan pembatasan kami beberapa waktu lagi agar dapat melanjutkan fungsinya,” kata Barr.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Analisa Penyebab Rupiah Lesu, Dolar AS Bisa ke Rp16.000?
(ras/ras)