Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (20/5/2024), setelah sempat bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi I hari ini.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,69% ke posisi 7.266,69. IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.200, setelah beberapa hari terakhir bertahan di level psikologis 7.300. Bahkan, IHSG gagal untuk mencoba kembali menembus level psikologis 7.400.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai Rp 14 triliun dengan volume transaksi mencapai 18 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,3 juta kali.

Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,66%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.


Saham-saham perbankan raksasa menjadi pemberat utama IHSG pada akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang menjadi terbesar yakni mencapai 22,7 indeks poin.

IHSG berbalik melemah karena investor cenderung menahan selera risikonya, di tengah pendeknya periode perdagangan pekan ini yang hanya berlangsung selama tiga hari akibat adanya libur panjang Hari Waisak.

Alhasil, volatilitas IHSG cenderung kembali meninggi pada hari ini. Apalagi, selama tiga hari beruntun sebelumnya, IHSG berhasil melesat, sehingga mematik investor untuk melakukan aksi profit taking.

Di lain sisi, investor sepertinya cenderung menimbang rilis data ekonomi di dalam negeri pada hari ini. Bank Indonesia (BI) telah merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan termasuk transaksi berjalan dan terpantau kedua data tersebut berada di teritori negatif.

BI melaporkan NPI pada kuartal I-2024 defisit US$ 6 miliar. Begitu juga dengan transaksi berjalan defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari produk domestik bruto (PDB).

Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2024 mencatat defisit US$ 2,3 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus US$ 11,1 miliar.

Hal ini dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio, terutama didorong aliran keluar modal asing pada surat utang domestik seiring peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Defisit yang terus terjadi khususnya transaksi berjalan selama empat kuartal beruntun ini cukup dikhawatirkan pelaku pasar karena rupiah akan terus mengalami tekanan sehingga BI akan terus mengerek suku bunga, yang pada akhirnya juga membebani pergerakan IHSG, terutama diakibatkan oleh saham-saham yang rentan terhadap kenaikan suku bunga.

Bila suku bunga meningkat, maka aktivitas ekonomi bisa diperlambat. Harapannya impor barang bisa turun dan mengurangi beban pada transaksi berjalan.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menunggu hasil dari pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) minutes yang akan diselenggarakan pada Rabu mendatang oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Habis Cetak Rekor IHSG Balik Lesu, Saham Ini Biang Keroknya


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *