Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan melambat dalam tiga bulan ke depan. Tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 akan lebih rendah dari realisasi pertumbuhan kuartal I-2024 yang sebesar 5,11%. Ini disebabkan oleh berbagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi semakin terkikis.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pada kuartal II-2024 tidak ada faktor pendorong yang signifikan untuk mendorong konsumsi masyarakat sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi, seperti pada kuartal I-2024 ada aktivitas Pemilu 2024 dan masa Ramadan dan Lebaran.
Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kinerja industri perbankan. Terlebih dengan adanya faktor lain seperti suku bunga acuan tinggi dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh pada kondisi likuiditas ketat.
Bankir pun buka suara terkait hal ini. Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi mengatakan bank harus seksama dalam membidik target pasarnya dengan adanya potensi perlambatan ekonomi.
“Bank itu harus pandai-pandai ya memilih target market gitu ya. Artinya target market, masing-masing kan udah ada target market. Sementara kita bilang kalau pasar syariah ini kan wide space ya. Jadi luas banget gitu. Yang belum tergali itu kan banyak banget,” kata Hery di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Maka demikian, Hery mengatakan tidak ada masalah dengan permintaan pembiayaan di BSI. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kesediaan likuiditas.
Ia memaparkan komposisi dana murah atau current account saving account (CASA) di BSI sebesar lebih dari 60%. Menurut Hery, bank dengan dana murah yang cukup tinggi dapat menangkal dampak suku bunga acuan tinggi.
BSI masih menetapkan target pembiayaan double digit, yakni rentang 16%-18% secara tahunan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) Royke Tumilaar memandang risiko perlambatan ekonomi selalu ada. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi seperti harga komoditas, suku bunga yang relatif tinggi, dan kondisi global.
“Namun kami masih melihat harapan untuk pertumbuhan juga cukup tinggi,” ujar Royke saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/5/2024).
Menurutnya permintaan kredit masih cukup baik dan akan lebih baik lagi, akan tetapi dengan catatan likuiditas tidak diperketat.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah menyampaikan bahwa pihaknya menyiapkan beberapa strategi bisnis dalam rangka mengurangi dampak negatif dari perlambatan ekonomi. Satu di antaranya tidak terlalu bergantung kepada sektor yang mungkin terkena dampak.
Selanjutnya bank akan memperketat kriteria pemberiaan pinjaman yang memiliki risiko rendah dan kemampuan membayar baik, sehingga rasio kredit bermasalah dapat dijaga.”Lalu memastikan bank memiliki likuiditas yang cukup untuk bertahan (baik likuiditas jangka pendek maupun jangka panjang),” kata Efdinal saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/5/2024).
Selama masa perlambatan ekonomi, kata Efdinal, pendapatan dari suku bunga cenderung berkurang karena tekanan pada margin bunga. Oleh karena itu, OK Bank mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan dari layanan non-bunga, melakukan efisiensi operasional, agar tetap menguntungkan selama periode perlambatan ekonomi, seperti peninjauan ulang proses internal, penggunaan teknologi untuk otomatisasi, hingga restrukturisasi biaya..
Ia menambahkan, selama perlambatan ekonomi, penting bagi bank untuk mempertahankan dan memperluas hubungan dengan nasabah.
“Misalnya dengan menyediakan layanan yang lebih baik, memberikan solusi finansial yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, dan memberikan dukungan finansial yang lebih besar kepada nasabah yang membutuhkan,” ujar Efdinal.
Terpisah, Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) Indra Utoyo menyatakan akan tetap optimis namun tetap penuh kehati-hatian untuk triwulan II-2024 sampai dengan akhir tahun.
“Dari sisi makroekonomi, meskipun ada risiko perlambatan ekonomi dan dinamika geopolitik global yang kurang kondusif hingga saat ini, namun kami percaya secara fundamental perekonomian Indonesia tetap kuat,” katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/5/2024).
Selain itu, Indra mengatakan ada berbagai faktor peluang yang dapat menunjang strategi Allo Bank seperti potensi jumlah penduduk underbanked dan unbanked yang masih cukup besar, norma dan kebiasaan new normal nasabah untuk melakukan transaksi keuangan secara digital setelah pandemi, jumlah pengguna smartphone dan meningkatnya kecepatan adopsi teknologi di Indonesia dan dukungan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital.
“Secara umum, strategi kami untuk menjaga kinerja masih relatif sama dimana kami sebagai bank umum berbasis digital akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis, baik di dalam ekosistem CT Corpora maupun di luar, melalui penerapan model Open Banking untuk memperkaya dan meningkatkan nilai layanan finansial yang disediakan oleh Bank untuk mempermudah aktifitas kehidupan nasabah,” jelasnya.
Artikel Selanjutnya
Bunga Kredit Mahal, Korporasi Pilih Mantab Dibanding Pinjam Bank
(mkh/mkh)