Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini pertumbuhan kredit perbankan akan tetap dalam rentang 9% hingga 11% tahun ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa posisi nilai tukar rupiah saat ini tidak berdampak signifikan terhadap industri perbankan.
“Mengingat PDN (posisi devisa neto) jauh di bawah threshold dan tercatat long,” kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner April 2024, Senin (13/5/2024).
Sementara itu beberapa bank sudah merevisi target kreditnya, sebagai imbas dari ketatnya likuiditas akibat berbagai faktor seperti suku bunga acuan yang naik serta pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, data statistik OJK menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai double digit, sebesar 12,40% per Maret 2024.
Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menyebut pertumbuhan double digit pada bulan Maret merupakan fenomena yang menarik. Menurutnya, ada beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi keadaan.
“Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi dan konsumsi menjelang Ranadhan dan Hari Raya Idul Fitri,” katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (14/5/2024).
Selain itu, stabilitas suku bunga pinjaman yang ditopang kebijakan moneter, yakni relaksasi beberapa jenis pinjaman oleh pemerintah. Misalnya kredit pemilikan rumah (KPR).
Kemudian, Arianto menyebut penyaluran kredit program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kredit bulan Maret. Namun begitu, ia memperingakan hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas kredit pada masa berikutnya.
“Serta perimbangan sektor industri yang bertumbuh dan yang tertinggal pertumbuhannya,” kata Arianto.
Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang, faktor penyebab pertumbuhan kredit bulan Maret yang kencang itu di antaranya adalah tingkat likuiditas bank yang masih terjaga baik. Serta, adanya peningkatan permintaan dari sisi masyarakat.
“Pelemahan rupiah dan kenaikan BI rate masih dapat ditoleransi oleh pasar dan harapannya tidak berlanjut sehingga pertumbuhan dapat terjaga baik,” ujar Trioksa saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (14/5/2024).
Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia kredit korporasi tumbuh di atas rata-rata industri per Maret 2024. Kredit produktif ini tumbuh 15,7% secara tahunan menjadi Rp 3.771,3 triliun. Pada periode yang sama, kredit perorangan tumbuh di bawah rata-rata industri, yakni 7,6% yoy menjadi Rp 3.351,9 triliun.
Berdasarkan jenisnya, kredit investasi naik paling kencang, yakni 14% yoy. Lalu diikuti kredit modal kerja 11,8% yoy dan kredit konsumsi 10% yoy. Satu pendorong kredit investasi adalah industri pengolahan yang naik 15,4% yoy.
Terkait kredit konsumsi, kredit pemilikan rumah (KPR) mendominasi dengan pertumbuhan 14,2% yoy.
Artikel Selanjutnya
Petumbuhan Kredit Bank November 2023 Nyaris Dua Digit
(mkh/mkh)