Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Rabu (15/5/2024), membalikkan posisi pada perdagangan beberapa hari sebelumnya yang bergerak cenderung volatil.
Per pukul 10:14 WIB, IHSG melesat 1,12% ke posisi 7.163,33. IHSG pun berhasil balik arah kembali ke level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,4 triliun dengan volume transaksi mencapai 7,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 399.720 kali.
IHSG berhasil melesat, membalikan kondisi beberapa hari sebelumnya yang cenderung volatil bahkan cenderung lesu.
Melesatnya IHSG terjadi meski sentimen pasar di global masih cenderung kurang menggembirakan, setelah dirilisnya data inflasi produsen (producer price index/PPI) Amerika Serikat (AS) dan pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan akan memberlakukan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama atau higher for longer.
Semalam, PPI AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada April 2024, didorong oleh kenaikan tajam dalam biaya jasa dan barang, menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi di awal kuartal II-2024.
PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalu naik 0,5% periode April setelah turun sebesar 0,1% pada Maret lalu, berdasarkan data dari US Bureau of Labour Statistics.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), PPIAS meningkat 2,2% pada April, dari sebelumnya yang tumbuh 1,8% pada Maret 2024.
Ekonom yang disurvei olehReutersmemperkirakan PPI AS akan naik 0,3%. Secara tahunan,PPI meningkat 2,2% lebih tinggi dibanding periode Maret sebesar 1,8%.
Setelah PPI, AS akan mengumumkan data inflasi konsumen (consumer price index/CPI) April 2024 pada malam nanti waktu Indonesia. Sebagai catatan, CPIAS menembus 3,5% (yoy) pada Maret 2024. Jika inflasi masih panas maka pemangkasan suku bunga semakin lama.
Pasar keuangan masih mengharapkan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memulai siklus pelonggaran pada September 2024, meskipun beberapa ekonom percaya pemotongan suku bunga pertama bisa terjadi pada bulan Juli
Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell kembali mengatakan bahwa inflasi AS melandai lebih lambat daripada yang dia perkirakan. Dengan alasan itu pula, The Fed kemungkinan besar
“Kami tidak memperkirakan ini akan mudah. Namun, inflasi melaju lebih tinggi dibandingkan yang kami perkirakan. Ini membuat kita harus bersabar dan membiarkan kebijakan yang terbatas bekerja,” tutur Powell dalam pidatonya di acara Foreign Bankers’ Association di Amsterdam, Belanda.
Namun, Powell juga kembali menegaskan jika The Fed tidak akan menaikkan suku bunga kembali tahun ini.
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Cetak Rekor ATH Baru! IHSG Melesat Nyaris 1% Tembus 7.348,52
(chd/chd)