Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau cenderung kembali menguat pada perdagangan sesi I Selasa (14/5/2024), di tengah sikap investor yang masih cenderung wait and see karena menanti rilis data ekonomi penting di global dan dalam negeri pada pekan ini.
Per pukul 10:00 WIB, IHSG menguat 0,21% ke posisi 7.114,44. IHSG kembali ke level psikologis 7.100 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3,2 triliun dengan melibatkan 4,8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 311.481 kali.
Beberapa saham menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, berikut daftarnya.
Saham petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 17,6 indeks poin.
IHSG sempat dibuka terkoreksi tipis pada awal sesi I hari ini. Namun selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG berhasil berbalik arah ke zona hijau. Meski begitu, volatilitas IHSG masih cenderung besar karena investor masih cenderung wait and see.
Investor masih menanti rilis data ekonomi penting di global dan dalam negeri pada pekan ini. Utamanya, investor menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) periode April 2024.
Pada hari ini, data inflasi produsen (producer price index/PPI) terlebih dahulu akan dirilis. Data PPI AS diperkirakan naik sebesar 0,3%. Sedangkan PPI inti, tidak termasuk biaya energi dan pangan, diperkirakan meningkat sebesar 0,2%, sama seperti pada Maret 2024.
PPI secara tahunan diperkirakan sebesar 2,2% pada April, meningkat dibanding periode Maret yang menyentuh 2,1%. Sedangkan, PPI inti diperkirakan konsensus sebesar 2,4% secara tahunan setara dengan periode Maret.
Sebagai catatan, PPI Maret mencapai 2,1% (year-on-year/yoy) pada Maret 2024 dan 0,2% (month-to-month/mtm) pada Maret2024.
Data PPI keluar hanya sehari sebelum rilis inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS. Jika PPI kembali menguat atau bergerak di atas ekspektasi pasar maka hal ini menjadi kabar buruk karena ada kemungkinan inflasi masih kencang.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan CPI inti akan naik sebesar 0,3% secara bulanan, turun dari 0,4% pada Maret,dan kenaikan tahunan sebesar 3,6%, turun dari 3,8%.
Para investor telah fokus pada inflasi saat mereka mempertimbangkan seberapa cepat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada hari ini dijadwalkan akan merilis data penjualan ritel untuk periode Maret 2024.
Berdasarkan konsensu syang dikutip dari Trading Economics, pertumbuhan penjualan ritel diprediksi hanya akan mencapai 2,1%. Angka ini menandai penurunan yang signifikan dari pertumbuhan pada bulan Februari yang mencapai 6,4%.
Penurunan ini diprediksi karena momentum penjualan cenderung menurun, setelah beberapa bulan sebelumnya didorong oleh periode sentimen positif.
Namun, di tengah proyeksi tersebut, BI juga memperkirakan bahwa penjualan ritel Indonesia pada bulan Maret akan tetap kuat. Ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2024 sebesar 3,5% (yoy) atau mencapai 222,8.
Data penjualan ritel yang melebihi harapan pasar diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang terkait seperti sektor ritel.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Artikel Selanjutnya
IHSG Masih Cerah, 5 Saham Ini Jadi Penopangnya
(chd/chd)