Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (14/5/2024), setelah bergerak cukup volatil sepanjang perdagangan hari ini.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,22% ke posisi 7.083,76. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 7.000 pada akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai Rp 13 triliun dengan volume transaksi mencapai 18,2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,1 juta kali.

Secara sektoral, sektor industri menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,41%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.


Saham PT Astra International Tbk (ASII) menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 22,4 indeks poin. Sebagai informasi, pada hari ini merupakan periode ex-date dividen tunai ASII di pasar regular dan negosiasi.

Pergerakan IHSG pada hari ini kembali cenderung volatil, meski secara dominan bergerak di zona merah. Investor yang cenderung wait and see menanti rilis beberapa data ekonomi penting di global menjadi penyebab lesunya IHSG pada hari ini.

Investor menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) periode April 2024. Pada hari ini, data inflasi produsen (producer price index/PPI) terlebih dahulu akan dirilis. Data PPI AS diperkirakan naik sebesar 0,3%. Sedangkan PPI inti, tidak termasuk biaya energi dan pangan, diperkirakan meningkat sebesar 0,2%, sama seperti pada Maret 2024.

PPI secara tahunan diperkirakan sebesar 2,2% pada April, meningkat dibanding periode Maret yang menyentuh 2,1%. Sedangkan, PPI inti diperkirakan konsensus sebesar 2,4% secara tahunan setara dengan periode Maret.

Sebagai catatan, PPI Maret mencapai 2,1% (year-on-year/yoy) pada Maret 2024 dan 0,2% (month-to-month/mtm) pada Maret2024.

Data PPI keluar hanya sehari sebelum rilis inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS.Jika PPI kembali menguat atau bergerak di atas ekspektasi pasar maka hal ini menjadi kabar buruk karena ada kemungkinan inflasi masih kencang.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan CPI inti akan naik sebesar 0,3% secara bulanan, turun dari 0,4% pada Maret,dan kenaikan tahunan sebesar 3,6%, turun dari 3,8%.

Para investor telah fokus pada inflasi saat mereka mempertimbangkan seberapa cepat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Loyo, 6 Saham Ini Jadi Biang Kerok


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *