Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan sikap wait and see pelaku pasar perihal data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,22% di angka Rp16.075/US$ pada hari ini, Senin (13/5/2024).
Sementara DXY pada pukul 15:05 WIB naik ke angka 105,3 atau stagnan 0%. Angka ini lebih sama jika dibandingkan penutupan kemarin, Rabu (8/5/2024) yang berada di angka 105,3.
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah sikap pelaku investor dalam menunggu data inflasi AS yang akan diumumkan pada Rabu (15/5/2024).
Data ini menjadi yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar di seluruh dunia karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Jika inflasi AS melandai maka optimisme pemangkasan suku bunga akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya.
Sebagai informasi, inflasi AS mencapai 3,5% year on year/yoy untuk periode Maret 2024. Begitu pula dengan inflasi inti yang lebih panas dari konsensus yang memperkirakan angka 3,7% yoy. Namun kenyataannya mencapai 3,8% yoy pada Maret 2024, sama seperti bulan sebelumnya.
Tidak hanya itu, beberapa pejabat The Fed juga akan mengutarakan pendapatnya disepanjang pekan ini khususnya dari sisi makroekonomi dan pandangan mengenai kebijakan The Fed ke depannya.
Hal ini juga ditunggu pelaku pasar untuk melihat tendensi mayoritas pejabat The Fed apakah ada kecenderungan untuk dovish atau masih konsisten dalam sikap hawkish dengan data ekonomi maupun ketenagakerjaan yang ada saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Data Ketenagakerjaan AS Membaik, Rupiah Melemah Tipis
(rev/rev)