Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mengumumkan penundaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
“Dengan ini kami sampaikan bahwa Perseroan bermaksud untuk menunda pelaksanaan RUPST dan RUPSLB yang semula akan diselenggarakan tanggal 30 Mei 2024 ditunda menjadi tanggal 28 Juni 2024,” tulis manajemen BUMI dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (8/5/2024).
Perseroan akan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal dalam pelaksanaan jadwal baru RUPST dan RUPSLB tersebut.
Sebagai informasi, laba emiten batu bara milik Bakrie dan Salim PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merosot 97,92% secara tahunan (yoy) pada 2023 lalu menjadi US$ 10,92 juta.
Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/4/2024) BUMI meraih laba bersih atau US$ 10,92 juta per akhir tahun lalu.
Penurunan harga jual batu bara menjadi penyebab turunnya laba BUMI. Pendapatan BUMI melorot lantaran kondisi pasar dan harga batubara yang turun sebesar 33% di tahun 2022 lalu.
Selain itu, tingginya harga bahan bakar juga menekan kinerja BUMI. Laba BUMI turun tajam seiring penurunan pendapatan emiten batubara ini. Pada tahun lalu, pendapatan BUMI merosot 22,9% menjadi US$ 6,57 miliar dari US$ 8,53 miliar di 2022.
Beban pokok pendapatan BUMI juga ikut turun 2,4% yoy menjadi US$ 5,98 miliar.
Tambah lagi, manajemen BUMI menyebut, sekitar 40% dari pendapatan bruto dibayarkan untuk royalti, pajak dan subsidi yang secara signifikan mempengaruhi likuiditas dan margin.
Selain itu, BUMI adalah penyuplai batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik seperti listrik, semen dan pupuk dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah yang turut menekan pendapatan dan margin.
Sementara, laba bersih pada kuartal I-2024 senilai US$67,6 juta. Dari jumlah tersebut, BUMI melaporkan pendapatan bruto sebesar US$ 311,0 juta, turun 31,6% yoy.
Adapun penurunan pendapatan ini dikarenakan harga batu bara yang merosot tajam sebesar 27% yoy.
“Realisasi harga jual rata-rata batu bara turun tajam sebesar 27% menjadi US$75,8/ton (dibandingkan US$103.7/ton di periode kuartal I-2023) dan pendapatan turun 12,3%. Strip Ratio turun 14% mencerminkan efisiensi,” tulis Perseroan dalam laporannya dikutip Rabu (24/4/2024).
Di sisi lain, volume penjualan per kuartal I-2024 mencapai 18,4 metrik ton atau naik 19% dari periode sebelumnya yang sebesar 15,4 metrik ton.
Lebih lanjut, sekitar 35% dari pendapatan bruto dibayarkan untuk royalti, pajak, dan subsidi yang secara signifikan memengaruhi likuiditas dan marjin. BUMI sebagai penyuplai batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik seperti listrik, semen, dan pupuk dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah yang turut menurunkan pendapatan dan marjin.
Artikel Selanjutnya
BUMI Beberkan Proyeksi Laba Tahun Ini
(mkh/mkh)