Tbilisi, CNBC Indonesia – Asian Development Bank (ADB) menyiapkan sederet fasilitas bagi negara di Asia Pasifik agar bisa selamat dari tekanan perubahan iklim, konflik, kerawanan pangan, dan peningkatan utang yang semakin besar.
“ADB memberikan persyaratan pinjaman lunak yang menguntungkan bagi anggota negara-negara berkembang di pulau-pulau kecil,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam Pertemuan Tahunan ke-57 di Tbilisi, Georgia, Minggu (5/5/2024).
Pada 2023, ADB memberikan komitmen sebesar US$23,6 miliar dalam bentuk pinjaman, hibah, jaminan, investasi ekuitas, dan bantuan teknis pada tahun 2023. Jumlah ini meningkat sebesar 15% dari tahun sebelumnya. Komitmen tersebut juga termasuk pendanaan iklim senilai US$$9,8 miliar yang berasal dari sumber daya ADB sendiri, yang mewakili 41,5% dari total komitmen.
Departemen Operasi Sektor Swasta ADB memberikan komitmen sebesar US$3,8 miliar untuk operasi non-pemerintah, dengan peningkatan yang signifikan dalam pinjaman untuk negara-negara terdepan.
“ADB memenuhi target pembiayaan korporasinya di bidang kesehatan, gender, dan pendidikan, dan kami berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi ambisi kami dalam pembiayaan ketahanan pangan,” ujarnya.
Sementara itu, komitmen Dana Pembangunan Asia (ADF) mencapai US$721 juta pada tahun 2023, dan diproyeksikan meningkat menjadi US$865 juta pada tahun 2024.
ADB sebelumnya juga meluncurkan Fasilitas Pendanaan Inovatif untuk Iklim di Asia dan Pasifik, sebuah mekanisme penjaminan penting untuk meningkatkan investasi iklim.
“Pada Konferensi Para Pihak ke-28 (COP28) di Dubai, kami meluncurkan Rencana Aksi Perubahan Iklim untuk tahun 2023-2030. Hal ini akan memandu dukungan kepada negara-negara berkembang anggotanya dalam mencapai Kontribusi Nasional mereka dan memobilisasi pendanaan untuk membantu transisi negara-negara menuju perekonomian rendah karbon dan berketahanan iklim,” terang Asakawa.
(mkh/mkh)