Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau cenderung volatil pada perdagangan sesi I Jumat (3/5/2024), setelah sempat menguat pada awal sesi I hari ini.

Per pukul 09:30 WIB, IHSG naik tipis 0,01% ke posisi 7.117,8. Sebelumnya pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini, IHSG menguat 0,59% ke 7.159,48.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 2,4 triliundengan melibatkan 3,9miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 200.813 kali.

Beberapa saham menjadi penahan IHSG agar tidak terkoreksi cukup dalam lagi di sesi I hari ini. Berikut daftar sahamnya.


Saham perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang sekaligus penahan koreksi IHSG terbesar di sesi I hari ini, yakni mencapai 15,6 indeks poin.

IHSG bergerak cenderung volatil beberapa menit setelah sesi I dibuka karena investor masih menimbang dampak dari masih hawkish-nya bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dan investor asing yang masih getol melepas saham-saham RI.

Sebelumnya kemarin, IHSG ditutup ambruk setelah The Fed menegaskan belum ada ruang untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Suku bunga The Fed bertahan di level tinggi, 5,25-5,50% untuk keenam kalinya secara beruntun.

The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, mereka juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.

The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.

Akibat hal ini, pasar melihat prospek penurunan suku bunga ini semakin jauh dari perkiraan awal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap aset berisiko, sehingga investor cenderung beralih ke aset yang lebih konservatif atau asetsafe haven.

Di lain sisi, inflasi Indonesia pada April lalu cenderung stabil dan terkendali meski berada di bawah ekspektasi pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2024 mencapai 0,25% secara bulanan(month-to-month). Sementara itu, inflasi tahunannya mencapai 3,0% (year-on-year/yoy) dan secara tahun kalender sebesar 1,19% (year-to-date/ytd). Tingkat inflasi bulanan pada April ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan dari posisi April 2023.

Adapun, konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiadari 10 institusi memperkirakan inflasi April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (yoy) akan berada di angka 3,08% pada April. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

Sebagai catatan, inflasi pada Maret 2024 tercatat 3,05% (yoy) dan 0,52% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,77% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Finish Sumringah, Berkat 6 Saham Big Cap Ini


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *