Jakarta, CNBC Indonesia – Emas diketahui menjadi salah satu instrumen yang harganya stabil di tengah sentimen negatif konflik geopolitik. PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI (BRIS) pun tengah mendorong transaksi jual-beli emas di platformnya.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi tak menampik bahwa emas adalah salah satu instrumen yang paling dicari pada saat gejolak ketidakpastian ekonomi terjadi.
“Salah satu bisnis BSI adalah gadai emas dan cicil. Biasanya dalam kondisi geopolitik dan gejolak ketidak-pastian, itu ada dua hal yang dipilih nasabah, yaitu dolar Amerika Serikat (AS). Kedua, emas. Emas aman karena selalu naik,” ujar Hery saat paparan kinerja kuartal I-2024 BSI, virtual pada Selasa, (30/4/2024).
Hingga saat ini, portofolio bisnis emas baru di BSI hingga Maret 2023 telah mencapai Rp7,8 triliun. Namun, porsi ini masih sedikit jika dibandingkan dengan produk lain, misalnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BSI yang sudah menyentuh Rp53 triliun.
Untuk itu, Direktur Keuangan & Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan, masih banyak ruang untuk bertumbuh bagi BSI dalam mengembangkan portofolio bisnis emasnya. Ia pun terus mendorong nasabah BSI untuk mendiversifikasi asetnya.
“Ketika kita lihat kenaikan harga emas, ini momen baik, dan jadi bukti bahwa investasi emas adalah salah satu opsi yang menarik dan sederhana untuk di segmen pay roll. Kita edukasi segmen kita, untuk diversifikasi produk mereka di bank syariah,” jelas Cahyo.
Sebagai gambaran, harga emas dunia naik tipis pada hari ini, Kamis (2/5/2024) pasca bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunganya dan menegaskan tidak ada kenaikan suku bunga ke depan.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Rabu (1/5/2024) harga emas berakhir di US$2.317,89 per troy ons. Harga emas terbang 1,41%. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah harga emas jatuh dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Harganya bahkan jatuh sangat dalam yakni 2,2%.
Sementara hari ini, harga emas sedikit mengalami apresiasi sebesar 0,14% ke angka US$2.321,19/troy ons pada pukul 06:38 WIB.
Artikel Selanjutnya
Digitalisasi BSI Makin Ekspansif, Belanja IT Tahun Ini Rp 1,5 T
(fsd/fsd)