Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat 1% beberapa menit setelah pembukaan perdagangan sesi I Selasa (30/4/2024), di tengah sikap investor yang masih menanti keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 09:17 WIB, IHSG berhasil melesat 1% ke posisi 7.227,21. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,41% ke posisi 7.185,41. Tak berlangsung lama, IHSG berhasil bangkit kembali ke level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sekitar pukul 09:17 WIB sudah mencapai sekitar Rp 2,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 2,2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 134.303 kali.

Sektor transportasi menjadi penopang IHSG di awal sesi I hari ini, yakni mencapai 1,25%.

Investor masih menanti keputusan terbaru dari suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu dini hari waktu Indonesia.

The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga yang berpotensi masih akan tetap tinggi. Hal ini terjadi mengingat data-data ekonomi AS masih cukup solid sehingga potensi pemangkasan suku bunga masih cukup sulit terjadi.

Salah satunya inflasi AS yang masih cukup sticky bahkan cenderung mengalami kenaikan. Angka inflasi ASperiode Maret berada di angka 3,5% (year-on-year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.

Pasar semakin pesimis mengenai pemangkasan suku bunga di AS setelah data terbaru pengeluaran pribadi warga AS atauPersonal Consumption Expenditures (PCE)masih kencang.

AS mengumumkan laju PCE bulanan (month to month/mtm) stagnan di 0,3% tetapi secara tahunan meningkat 2,7% pada Maret 2024.
PCE inti stagnan di 2,8% (yoy) pada Maret 2024. Kondisi ini menandai masih membandelnya inflasi AS sehingga bisa menghalangi The Fed memangkas suku bunga.

Pada beberapa kesempatan sebelumnya, pejabat The Fed termasuk Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan masih lama. Pasalnya, inflasi AS masih kencang.
Data PCE adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Hal ini semakin menjauhi target The Fed yakni 2%. Jika inflasi AS masih cukup sulit ditekan, maka penurunan suku bunga AS akan sulit terjadi tahun ini. Bahkan beberapa survei menunjukkan bahwa The Fed tampaknya tidak akan memangkas suku bunganya (no landing).

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan suku bunga acuan The Fed tetap hanya turun satu kali hingga 2024 berakhir yakni pada September 2024 ke target 5,0%-5,25% sebesar 44,4%.

Alhasil, kondisi tersebut membuat investor global cenderung memilih kabur dari emerging markets, seperti Indonesia, sehingga outflow asing diperkirakan akan masih terjadi di pasar keuangan RI dalam beberapa hari ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Masih Menanjak, IHSG Bisa Tutup Tahun 2023 di 7.300-an?


(chd/chd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *