Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah masih tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tampaknya efek kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) belum terlalu diapresiasi pasar.
Pelaku pasar kini akan memantau sejumlah data AS yang potensi mempengaruhi pasar seperti pertumbuhan ekonomi yang meleset prediksi, pasar tenaga kerja lanjut ketat, serta menanti rilis suku bunga acuan jepang hingga data PCE AS.
Melansir data Refinitiv, rupiah pada kemarin, Kamis (25/4/2024) berakhir di posisi Rp16.185/US$, melemah 0,22% dalam sehari. Ini menandai berakhirnya tren penguatan dalam tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah terjadi pasca Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga dan merilis sejumlah data lanjutan seperti perkembangan uang beredar.
Merilis data uang beredar dalam arti luas (M2) menunjukkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. M2 pada Maret 2024 tumbuh sebesar 7,2% year on year/yoy mencapai Rp8.888,4 triliun. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat saat Ramadan dan jelang Idul Fitri.
BI menjelaskan perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,9% (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2% (yoy).
Perkembangan M2 pada Maret 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.
Hal ini berpotensi menaikkan angka inflasi Indonesia yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,05% yoy pada Maret 2024.
Lebih lanjut, pelemahan rupiah ini sebenarnya tidak cukup mengejutkan sebenarnya karena secara historis, setelah BI menaikkan suku bunga pada Rabu kemarin, rupiah cenderung mengalami pelemahan.
Sepanjang Agustus 2022 hingga April 2024, BI sudah mengerek suku bunga sebanyak delapan kali. Dalam delapan kali kenaikan tersebut, rupiah hanya naik sekali sehari setelahnya. Sebaliknya, rupiah cenderung melemah sehari setelah BI rate naik dalam tujuh kali kenaikan lainnya.
Untuk diketahui, BI rate saat ini telah dinaikkan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% dari yang sebelumnya 6%.
Pada hari ini, nilai tukar rupiah tampaknya juga akan merespon sejumlah data AS yang rilis semalam, seperti perekonomi AS untuk kuartal I-2024 yang hasilnya meleset dari ekspektasi malah lebih lambat, hingga data pasar tenaga kerja masih lanjut ketat.
Pasar kemudian akan memantau bank sentral Jepang yang kemungkinan bisa menaikkan suku bunga untuk menahan pelemahan yen, dan data lanjutan inflasi PCE AS untuk memberikan wawasan lagi terhadap prospek bank sentral atau the Fed.
Pasalnya, kini prospek penurunan suku bunga sudah semakin mundur, dari potensi penurunan 150 bps menjadi 75bps, dan kini hanya tinggal 36 bps pada tahun ini, menurut sumber LSEG.
Teknikal Rupiah
Rupiah terkoreksi setelah menguat tiga hari membuat tren pergerakan secara teknikal beralih terkonsolidasi atau sideways.
Dalam basis waktu per jam, kini rupiah bergerak dalam rentang support Rp16.140/US$ yang diambil dari garis rata-rata selama 100 jam atau Moving Average/MA 100 dan resistance Rp16.240/US$ berdasarkan garis horizontal yang diambil dari high candle intraday pada 22 April 2024.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam |
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Prediksi Pasar Meleset, Rupiah Tersungkur ke Level Rp15.700/US$
(tsn/tsn)