Jakarta, CNBC Indonesia – Kalangan ekonom perbankan pun telah memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah akan terus bergerak di level saat ini, meskipun suku bunga acuan atau BI Rate naik sebesar 25 basis point pada April 2024 menjadi sebesar 6,25%.
Senior Economist DBS Radhika Rao jmenjelaskan bahwa rupiah masih akan terus bergerak di level Rp 16.000 saat BI Rate naik karena memang kebijakan moneter BI yang naik sedikit itu bukan “obat mujarab” untuk memperkuat nilai tukar rupiah, melainkan hanya sebatas meredakan potensi pelemahan lebih lanjut.
Radhika Rao pun menilai, masih ada potensi penguatan dolar AS dalam jangka pendek yang membuat rupiah akan terus bergerak di level Rp 16.000 hingga akhirnya turun ke level Rp 15.800 per dolar AS pada akhir tahun ini. Oleh sebab itu, ia memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya saat ini dan ada kemungkinan 30% untuk menaikkan sekali lagi jika pergerakan rupiah memburuk.
“Dengan masih adanya penguatan dolar dalam jangka pendek, kami memperkirakan bank sentral akan tetap fokus pada stabilitas rupiah, dengan intervensi masih menjadi garis pertahanan pertama,” tuturnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah mengungkapkan nilai tukar rupiah masih akan terus bergerak di kisaran Rp 16.000 dalam enam bulan mendatang, atau selama dua kuartal berturut-turut, yakni pada kuartal II dan kuartal III-2024.
Rupiah telah mencapai titik keseimbangan baru di tengah panasnya tensi geopolitik, khususnya di Timur Tengah, hingga potensi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat untuk terus mempertahankan suku bunga tinggi di tengah tekanan inflasi yang masih terus tinggi.
Tim Ekonom Bank Central Asia atau BCA juga telah memperkirakan bahwa rupiah masih akan terus bergerak di level Rp 16.000 per dolar AS sampai dengan Rp 16.300 dalam waktu yang sedikit lebih lama, akibat potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed untuk mengendalikan inflasinya yang masih sulit turun.
“Oleh karena itu, perubahan kebijakan (BI Rate) baru-baru ini mungkin bukan obat mujarab untuk pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. Tampaknya, peluang terbaik bagi BI adalah membiarkan pasar menemukan landasan yang lebih kuat sehubungan dengan ekspektasi suku bunga The Fed, yang kini telah sepenuhnya beralih ke sisi hawkish setelah berbulan-bulan bersikap dovish,” dikutip dari laporan BCA terkait kebijakan BI kemarin.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, pihaknya pun telah menetapkan titik equilibrium atau titik keseimbangan rupiah berada pada rentang Rp 16.200-16.300 per dolar AS sebelum adanya kenaikan BI Rate.
“Titik equilibrium kami di Rp 16.200-16.300 per dolar AS sebelum kenaikan. Saya rasa memungkinkan ini terjadi, subject to the fed tidak menaikkan lagi,” kata Banjaran kepada CNBC Indonesia.
Artikel Selanjutnya
Lewat BI, RI Kebanjiran Dolar dari Investor di Awal Tahun
(arm/mij)