Jakarta, CNBC Indonesia – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat ke level Rp 15.800 per dolar AS pada akhir tahun 2024. Tak hanya itu, dia yakin rupiah akan stabil selama kuartal II-2024.

“Kami yakin rupiah tetap stabil di sekitar Rp16.200/US$ pada kuartal II ini dan menguat ke arah rerata Rp16.000/US$ di 2023 dan menguat Rp15.800 pada kuartal IV-2024,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur, dikutip Kamis (25/4/2024)

Menurut Perry, BI menempuh sederet kebijakan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

“Itu untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan meningkatnya risiko global ke potensial risk agar stabil ke depan dan preemptive forward looking untuk memastikan sasaran inflasi,” jelasnya.

Dari catatan BI, pelemahan rupiah sampai dengan 23 April 2024 tercatat lebih rendah yakni 5,07% (ytd) dibandingkan dengan mata uang seperti Baht Thailand dan Won Korea masing-masing melemah 7,88% dan 6,55% (ytd).

Perry pun mengungkapkan besarnya pelarian modal asing mendorong pelemahan nilai tukar di berbagai negara, termasuk negara berkembang saat ini.

Dia mengatakan perkembangan ini dipicu oleh ketidakpastian global yang menyebabkan investor global memindahkan portofolionya ke aset aman, khususnya dolar AS dan emas sehingga menyebabkan pelarian modal.

“Ketidakpastian pasar keuangan global semakin buruk akibat eskalasi ketegangan geopolitik Timur Tengah akibatnya investor global pindahkan portofolio ke aset aman,” katanya.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan Gubernur BI sangat spesifik memperkirakan nilai tukar akan menguat ke Rp 16.000 pada kuartal III dan Rp 15.800 kuartal IV.

“Tentu saja, BI menyadari perlunya pasokan valuta asing yang lebih banyak pada bulan Mei-Juni, ketika permintaan dolar akan meningkat untuk repatriasi dividen dan jatuh tempo utang luar negeri,” tegas Satria.

Satria melihat BI telah mengisyaratkan akan menyiapkan seluruh senjata moneternya, yang kami pandang sangat positif bagi stabilitas nilai tukar jangka pendek.

Satria menambahkan dampak kenaikan suku bunga BI terhadap sektor riil terlalu berlebihan karena sebagian besar perekonomian Indonesia didorong oleh fiskal. Dalam hal ini, kenaikan PPN sebesar 1% justru akan berdampak negatif terhadap perekonomian dibandingkan dengan kenaikan BI rate sebesar 100bps.

“Kami memperkirakan pertumbuhan pinjaman yang kuat di antara bank-bank besar di Indonesia akan terus berlanjut meskipun ada pengetatan moneter,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Catat! Jadwal Terbaru Rapat Dewan Gubernur BI 2024


(haa/haa)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *