Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten batu bara terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Rabu (24/10/2023), seiring dengan penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Per pukul 10:38 WIB, tercatat sepuluh saham batu bara bergairah pada sesi I hari ini, dengan delapan saham sudah melesat lebih dari 1% dan dua saham menguat kurang dari 1%.
Saham raksasa batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni mencapai Rp 19.100/unit.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Bayan Resources | BYAN | 19.100 | 3,24% |
Bumi Resources | BUMI | 105 | 1,94% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 770 | 1,99% |
TBS Energi Utama | TOBA | 250 | 1,63% |
United Tractors | UNTR | 25.300 | 1,40% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 474 | 1,28% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.800 | 1,06% |
ABM Investama | ABMM | 3.940 | 1,03% |
Bukit Asam | PTBA | 3.080 | 0,65% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.760 | 0,36% |
Sumber: RTI
Saham batu bara melesat menjelang penetapan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 oleh KPU.
Penetapan ini dilakukan setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Sebagaimana diketahui, Prabowo-Gibran dikelilingi sosok-sosok pengusaha. Dua diantaranya merupakan pemilik dari perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Aburizal Bakrie hingga Pandu Sjahrir.
Aburizal Bakrie yang merupakan pemilik Grup Bakrie, memiliki emiten batu bara yakni saham BUMI. Tak hanya Grup Bakrie, sosok pengusaha yang sebelumnya tampil makan malam bersama politikus PDIP Maruarar Sirait yang kemudian berbelok arah mendukung Prabowo. Mereka adalah Aguan, Prajogo Pangestu, Franky Widjaja, dan Garibhaldi “Boy” Thohir.
Boy Thohir merupakan pemilik saham emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Di lain sisi, melesatnya kesepuluh saham batu bara tersebut terjadi meski harga batu bara acuan dunia sedang mengalami koreksi pada perdagangan Selasa kemarin.
Melansir data Refinitiv,pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, harga kontrak batu bara Mei acuan ICE Newcastle turun 0,91% menjadi US$ 136,75 per ton. Pelemahan ini melanjutkan koreksi pada sehari sebelumnya sebesar 2,65%.
Sebagai catatan, harga US$ 141,75 pada Jumat lalu tercatat menjadi harga tertinggi sejak awal tahun.
Melimpahnya pasokan serta di sisi lain permintaan masih stagnan membuat harga batu bara metalurgi diproyeksi tidak akan terbang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Artikel Selanjutnya
Saham Prajogo Mulai Bangkit Lagi, Kecuali CUAN
(chd/chd)