Jakarta, CNBC Indonesia – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re tengah menunggu pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp1 triliun untuk tahun 2024.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu memastikan PMN tersebut akan cair tahun ini. Namun, ia belum bisa menyebutkan tanggal pasti pencairannya.
“Kalau jadinya kapan itu kan tergantung cycle-nya pemerintah, ya. Kita ikutin saja cycle-nya,” ungkap Benny saat ditemui usai Forum Edukasi Keterbukaan Informasi Publik, Selasa, (23/4/2024).
Sebelumnya, Indonesia Re telah mengajukan PMN tunai sejak 2022 sebesar Rp3 triliun hingga akhirnya turun menjadi Rp 1 triliun. Namun, PMN tersebut tidak disetujui.
Sehingga setelahnya, manajemen diminta oleh pemegang saham untuk mengajukan kembali untuk tahun anggaran 2024 melalui cadangan investasi.
“Peruntukannya itu kan masih sama ya kemarin,” ungkap Benny
Sebagaimana diketahui, sejak 2014 hingga 2022, secara rata-rata Indonesia Re mengalami pertumbuhan premi yang signifikan. Namun, hal itu juga harus diiringi dengan permodalan yang kuat.
“Kami cari premi tapi kita nggak kuat di dalamnya, ini yang menyebabkan kita sekarang mengalami penurunan dari sisi RBC,” ungkapnya.
Padahal, RBC merupakan salah satu parameter yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada kuartal I tahun ini, Indonesia Re mencatat rasio RBC perusahaan sebesar 121,05%, hampir menyentuh batas threshold yang ditentukan, yakni 120%.
Oleh karena itu, menurut Benny penambahan modal merupakan satu urgensi bagi Indonesia Re. Terlebih, industri asuransi akan menerapkan PSAK 74 atau IFRS 17 pada 2025.
Selain itu, OJK juga merencanakan melakukan peningkatan modal minimum di industri asuransi pada 2026 mendatang. Sehingga perseroan membutuhkan tambahan dana melalui PMN.
“Sehingga angka ini (RBC saat ini) sangat sensitif untuk kita bisa memastikan keberlanjutan Indonesia Re ke depannya,” jelasnya.
Meskipun demikian, Benny mengungkapkan, dalam meningkatkan permodalan, Benny menyebut Indonesia Re telah menyiapkan sejumlah strategi yang terdiri dari rencana organik dan anorganik.
Terkait rencana organik, perseroan akan melakukan quota share yang akan memindahkan sementara liabilitas ke perusahaan reasuransi lain. Perusahaan juga berencana melakukan optimalisasi aset.
Secara anorganik, lanjutnya, selain melalui PMN tunai Rp 1 triliun, perseroan juga berencana untuk mengajukan sub-loan ke pemerintah melalui Eximbank.
“Karena sebetulnya PMN yang kami butuhkan adalah Rp 3 triliun, idealnya Rp3 triliun, tapi karena kami hanya mendapatkan Rp 1 triliun, terpaksa kami harus mencari sendiri salah satunya dengan melalui pengajuan sub-loan,” pungkasnya.
Artikel Selanjutnya
Tak Kuat Modal, 10 Asuransi Tak Lanjutkan Usaha Syariah
(mkh/mkh)